Senin, 11 Januari 2010

Aksi Fanatik Suporter Indonesia

Mengapa Hendri Mulyadi Bisa Turun Ke Lapangan

9 January 2010

Selain menjadi sebuah fenomena, hingga seolah menjadi “ikon” sepakbola Indonesia, aksi Hendri Mulyadi menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana dia bisa lolos dari penjagaan ketat aparat keamanan sehingga mampu turun ke lapangan, menggiring hingga menendang bola ke gawang Oman.

Duduk di sektor 21, Hendri sudah bersiap diri sebelum turun ke lapangan. Dia sempat menitipkan handphone dan dompet kepada temannya. Dalam sebuah wawancara, Hendri mengatakan bahwa dia mampu turun karena melihat petugas yang berada di lapangan sedang mengawasi tribun bagian atas. Ketika petugas lengah tersebut Hendri yang tentunya sudah memanjat pagar mampu turun ke lapangan.

Di lain pihak, Ketua LOC Indonesia Djoko Driyono mengatakan bahwa minimnya jumlah petugas pengamanan menyebabkan Hendri bisa masuk ke lapangan. Setelah di denda 100 juta akibat lemparan botol pada pertandingan kontra Kuwait, kini LOC harus bersiap menerima sanksi dan denda yang pasti akan lebih berat.

Sebenarnya aksi Hendri masuk ke lapangan bisa dicegah apabila petugas keamanan lebih cermat dan melakukan tindakan preventif. Tidak mungkin Hendri bisa serta merta masuk ke lapangan karena terdapat pagar, hampir bisa dipastikan, Hendri sudah memanjat pagar terlebih dahulu dan menunggu saat yang tepat.

Disinilah peran keamanan dalam pelaksanaan pertandingan benar-benar dibutuhkan, tidak bisa lagi dianggap sebelah mata. Pagar yang dipakai di dalam stadion hanya sebagai alat penunda (delay) saja, waktu tunda ini dapat dimanfaatkan pihak keamanan untuk melakukan respon, jadi pagar disini hanya sebagai alat saja bukan poin utama dalam pengamanan.

Dalam kasus Hendri, yang lebih utama adalah metode pengamatan (surveillance). Dasar dari metode ini adalah identifikasi, yang kemudian ditindaklanjuti dengan evaluasi serta perlakuan terhadap kerawanan dan ancaman yang muncul. Fungsi petugas keamanan (match steward) di dalam lapangan dan menghadap ke penonton bukan hanya sebagai penggentar namun juga mengamati dan melakukan tindakan. Dengan demikian ketika Hendri terlihat sudah berada di atas pagar harus sudah dilakukan tindakan pencegahan.

Kita tidak bisa serta merta menyalahkan petugas keamanan, dengan dua mata dan mengawasi ratusan hingga ribuan penonton tentu bukan perkara mudah. Rasio ideal antara petugas keamanan dengan penonton yang tertuang dalam regulasi keselamatan FIFA adalah 1:100, kalau ada 60 ribu penonton maka setidaknya harus ada 600 pertugas keamanan yang tersebar di dalam stadion. Alat lain yang bisa dipakai untuk mengamati tingkah laku penonton adalah CCTV (Closed Circuit Television), namun karena besarnya stadion tentunya jumlah CCTV yang diperlukan cukup banyak yang tentunya memerlukan biaya besar.

Memang aman itu mahal, kalau ingin aman tentunya membutuhkan investasi dalam jumlah yang banyak pula. Namun ini lebih baik daripada merelakan uang dalam bentuk denda yang berarti membuang uang untuk hal yang sia-sia belaka. Apabila metode pengamatan dilaksanakan secara baik, tentunya tidak akan ada Hendri-Hendri lain di masa yang akan datang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar