Sabtu, 09 Januari 2010

Pemanfaatan peta anomali gravitasi regional

Sebagaimana diketahui puncak produksi minyak bumi Indonesia bisa dikatakan sudah terlewati. Kalaupun produksi minyak bumi bisa ditingkatkan lagi, hal itu lebih sebagai dampak penerapan proses atau teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). Sementara itu semua produksi migas selama ini lebih terkonsentrasi pada lapangan yg sudah bersifat mature.

Untuk meningkatkan produksi migas satu-satunya jalan adalah dengan mencari daerah prospek baru, di luar cekungan yang sudah dikenal terutama di daerah frontier. Hal itu dapat dilakukan dengan menjajaki peluang penemuan lapangan migas baru melalui pencarian cekungan sedimen berdasarkan analisis data gravitasi.

Usaha seperti itu telah dirintis antara lain melalui penelitian yg dilaksanakan di Program Magister dan Doktor Geofisika Terapan ITB. Salah satu hasilnya dituangkan dalam disertasi Dr. Eko Widianto yang berjudul Penentuan Konfigurasi Struktur Batuan Dasar dan Jenis Cekungan dengan Data Gayaberat serta Implikasinya pada Target Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi di Pulau Jawa.

Secara umum metode berbasis analisis spektral dapat dimanfaatkan untuk memproses lebih lanjut (advanced processing) data gravitasi sehingga dihasilkan informasi kualitatif maupun semi-kuantitatif yg lebih bermakna dalam konteks eksplorasi migas. Metode analisis spektral dalam domain Fourier tersebut dapat digunakan antara lain untuk penapisan (filtering), pemisahan anomali regional – residual, pseudo-depth slicing. Sementara analisis dalam domain Fourier yang lain adalah gradien horizontal, gradien vertikal dan lineament tracing.

Semua teknik tersebut di atas pada dasarnya dimaksudkan sebagai signal enhancement sehingga dapat dilakukan interpretasi, baik secara kualitatif maupun semi-kuantitatif. Interpretasi kuantitatif umumnya diperoleh melalui pemodelan. Gambar 1 adalah radially averaged spectrum berdasarkan proses Fast Fourier Transform (FFT) 2‑D dari data gravitasi dalam bentuk grid.

Gambar 1.

Tampak dua segmen spektrum yang berasosiasi dengan anomali yg bersifat regional (gelombang panjang) dan anomali yg bersifat lokal (gelombang pendek). Pemisahan anomali regional dan lokal dapat dilakukan dengan mem-filter data gravitasi menggunakan cut-off frekuensi (spasial) 0.03 cycles/1000 meter atau panjang gelombang sekitar 30 km (ditunjukkan oleh perpotongan kedua segmen tersebut).

Data yg berasosiasi dengan spektrum tersebut di atas bersifat confidential sehingga hasil aplikasi filter-nya tidak dapat ditampilkan di sini. Berikut ini (Gambar 2 dan 3) diperlihatkan beberapa contoh yang diambil dari literatur/internet (www.getech.com) untuk memberikan ilustrasi dari proses-proses berbasis analisis spektral. Pada dasarnya, proses tsb. telah menjadi standar dalam pemrosesan data medan potensial.

Gambar 2. Hasil filter 40 km low-pass regional dan high-pass residual.

Gambar 3. Total horizontal derivative dan First-order Vertical Derivative.

Pada prinsipnya metode analisis sebagaimana diaplikasikan pada data gravitasi di atas dapat pula diaplikasikan pada data magnetik, mengingat keduanya adalah data medan potensial. Data magnetik regional sebenarnya dapat menjadi komplemen data gravitasi sehingga dapat dihasilkan interpretasi geologi yg lebih komprehensif.

Di negara-negara maju pemetaan anomali geomagnetik umumnya dilakukan secara airborne sehingga daerah yg luas dapat di-cover secara cepat. Program pemetaan semacam itu dilaksanakan sebagai upaya sistematik menghimpun data dan informasi yg cukup strategis untuk berbagai keperluan.

Aplikasi atau pemanfaatan data gravitasi skala regional untuk mencari cekungan migas baru hanya merupakan salah satu contoh saja. Aplikasi yg lain diantaranya adalah untuk eksplorasi geotermal dan studi mitigasi bencana alam.


http://grandis.wordpress.com/2008/10/20/pemanfaatan-peta-anomali-gravitasi-regional/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar